Thursday, August 23, 2018

Ngobrol di bis sama Reporter Net tv

"Mbaknya mau kemana? Di Tangerang kerja?" Kata seorang wanita yang duduk sebelahku di bis pulang ke Bandung.
"Iya mbak, ke Bandung turun di Leuwi Panjang. Iya saya kerja di Tangerang." Kataku.

Wanita yang duduk disampingku itu memulai percakapan. Semakin larut malam perjalanan menuju Bandung pada saat itu. Tapi bis kami tak kunjung sampai ke tempat tujuan akhir. Karena mungkin kami sudah bosan untuk terus tidur, akhirnya satu sama lain diantara kami saling bercerita.

"Sebetulnya, aku orangnya susah untuk ngobrol." Kata si perempuan sebelahku ini yang namanya entah siapa. Kita bercakap-cakap tanpa berkenalan.

Dalam hatiku "Susah ngobrol gimana mbak, daritadi mbanya justru yang nyerita terus" kkkk
Tapi tak apa, itu bukan masalah. Aku suka untuk mendengarkan cerita hidup orang.

Singkat cerita, akhirnya aku tahu bahwa wanita yang duduk disebelahku ini adalah seorang reporter salah satu tv swasta. Yaitu NET tv.

"Iya mbak, aku mau liburan nih ke rumah pamanku di Cimahi. Cape baru pulang dari Lombok." Katanya.

Jadi, si mbak reporter ini, belum lama, baru saja pulang meliput gempa yang terjadi di Lombok. Ia bercerita suka duka menjadi seorang reporter. Asalnya sehat-sehat saja, kini ia mengindap penyakit. Asalnya gemuk, kini ia kurus kekurangan daging. Percakapan berlanjut dengan saling melempar pertanyaan dan jawaban. Kami cukup lama bercerita. Tak hanya seputar pekerjaan, topik pembicaraan kami membahas keseharian dan latar belakang. Si mbak reporter ini, seorang yang cukup berprestasi dari segi akademiknya. Ia menempuh pendidikan akselerasi dibeberapa jenjang pendidikan. Strata 1 ia selesaikan beberapa tahun yang lalu. Padahal normalnya, seumuranku ini, memang lulus S1 tahun lalu. Tapi ia berbeda, justru tahun lalu, ia sudah memulai pendidikan S2. Sejak lulus S1, ia tak langsung mengambil S2. Beberapa tahun ia fokus bekerja tanpa menyambilnya dengan kuliah.
(S1nya udah lama lulus, sempet jeda gak kuliah juga, terus sekarang udah S2) Okkkk. Gausah sirik ya malllll.

"Iya mbak, aku lagi lanjut S2 di UI. Alhamdulillah sejak kuliah S1, aku selalu mendapat beasiswa." Ia menambahkan cerita.

Aku yakin ia tak bermaksud untuk sombong. Terlihat dari caranya berbicara dan menyampaikan itu kepadaku. Singkatnya begitu. Waaah waaah, sudah cantik pinter juga. Laki-laki mana yang gak mau sama mbaknya. Yakan?

Oh ya, aku sempat bertanya bagaimana solatnya seorang reporter lapangan. Ia pun bercerita, bahwa dirinya selalu ditemani rekan satu reporter (selain kameramen) saat pergi meliput. Sehingga bisa bergantian dan membagi waktu untuk ini dan itu disaat waktu-waktu sibuk.

Selain pendidikan, ia bercerita juga tentang kehidupannya. Ia merupakan anak bungsu. Meski begitu, tak lantas ia menjadi seorang anak yang manja dan mudah untuk meminta apapun kepada orangtuanya. Disamping kesibukannya menjadi seorang reporter, ia menjalankan sebuah bisnis. Yaitu mendirikan sebuah kafe yang berlokasi di Jakarta. Tak lupa ia pun bercerita perihal proses bagaimana bisa bisnis itu berdiri dan berjalan.

"Orangtua sih nyuruh untuk berhenti jadi reporter, cuma aku lagi maksimalin cari pengalaman dulu buat bekal jadi dosen. Makanya sekarang ambil S2." Ia menambahkan di sela-sela bercerita tentang kesehariannya.

Percakapan pun berakhir di kilometer sekian. Aku lupa berapa.
MasyaAlloh pokoknya deh. 
Terus udah gitu, aku merenung...
Sekian.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

No comments:

Post a Comment